Untuk ayah
Hari ini telah membebaskan rumput
dari siksaan rutinnya
aku terduduk di salah satu sisi kenangan
samar-samar, kabut menjadi mesin waktu yang membawa ku kelana…
aku menatap patung batu itu abadi…seperti abadinya derita jiwa ini
aku terpejam, dan untuk pertama kalinya aku dapat melihat dengan jelas
saat itu, saat aku belum memiliki apa-apa
justru saat itulah aku miliki segalanya….
saat itu…
saat aku kecil, saat aku masih hafal bagaimana cara tertawa,
saat aku kenyang dengan rasa bahagia
dan paham benar apa itu rasa aman…
karena kau selalu ada, Ayah…
aku ingin melihat mu lagi, berlari, bermain bersamamu, Ayah…
dan seusai itu kau akan mengambilkan ku buah mangga yang jatuh disekitar kita..
dan aku pun melahapnya dengan nikmat….
pohon mangga itu masih ada, Ayah…
mungkin daun-daunnya telah mendengar kisah kita
patung itu pun masih ada, Ayah…
hanya kau yang hilang, meninggalkanku sendiri menapak arti kedewasaan
ajari aku, Ayah… ajari aku menjadi WANITA yang kuat dan sempurna.